Kita mengenal dua jenis fish ground,
pertama adalah fish ground alami, dan kedua adalah fisih ground buatan. Fish ground alami adalah fish ground yang
sudah ada di laut. Sedangkan fish ground
buatan adalah fish ground yang diciptakan oleh manusia yang dibuat semirip
mungkin dengan fish ground alami, yang dikenal dengan rumpon (Fish Aggregate
Devices; FAD).
Ditinjau dari konstruksi dan lokasi
pemasangannya rumpon dibagi menjadi dua jenis, yaitu rumpon dangkal dan rumpon
laut dalam. Dewasa ini, dengan diciptakannya alat pendeteksi bawah air (fish
finder) yang cukup terjangkau harganya.
Rumpon tidak lagi dibuat untuk menciptakan rantai makanan, tapi rumpon
dimanfaatkan sebagai attractor di fish ground yang telah diketahui melalui fish
finder.
Ditinjau dari segi pengoperasiannya dibagi
menjadi dua pula, yaitu rumpon tidak tetap (rumpon kenvensional yang berasal
dari Tegal, Pekalongan, dan sekitarnya), dan rumpon tetap (rompong di Sulawesi
dan payaos dari Filipina). Sedangkan ditinjau dari segi bahan dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1.
Rumpon
yang terbuat dari bagian tumbuhan.
2.
Rumpon
yang terbuat bukan tumbuhan
3.
Rumpon
yang terbuat dari gabungan bagian tumbuhan dan bukan tumbuhan
RUMPON
BUATAN DARI BAHAN TUMBUHAN
Proses dekomposisi pada tumbuhan yang
direndam di air laut hingga menghasilkan makanan yang diperlukan melalui
beberapa tahapan.
1.
Tahap
pertama: Proses pembusukan (dekomposisi) tumbuhan (chlorophyll) akan
menumbuhkan diatomeae.
2.
Tahap
kedua: Melimpahkan diatom yang sangat diperlukan sebagai makanan bagi
phytoplankton.
3.
Tahap
ketiga: Terkonsentrasinya phytoplankton yang merupakan makanan utama bagi
zooplankton. (Phytoplankton dan zooplankton
telah ada melimpah di seluruh lapisan perairan laut yang dapat cepat berkembang
biak).
Setelah melimpahnya zooplankton maka akan
mengundang ikan-ikan kecil untuk berkumpul dan memakannya. Pada tahapan ini
terjadilah proses kedua yaitu, penciptaan kondisi lingkungan dimana ikan besar memakan ikan kecil.
Sekaligus memberikan perlindungan kepada ikan kecil untuk tidak dimakan secara
langsung oleh ikan-ikan besar. Sifat perlindungan rumpon terhadap ikan kecil
ini ditujukan untuk memperpanjang waktu sehingga ikan-ikan dari berbagai jenis
dan ukuran dapat lebih banyak berkumpul dalam jumlah yang besar.
Gambar. Rumpon
buatan konvensional
Gambar. Pelampung
(antang)
Gambar. Jangkar
Gambar. Tanda
(umbul)
Persyaratan :
1.
Tumbuhan
harus yang mengandung banyak chlorophyll dan segar (bukan kering).
2.
Harus
dapat cepat membusuk dan tahan lama (sekitar 15 hari) atau lebih (beserat
memanjang dan liat).
3.
Harus
dapat menciptakan lingkungan yang teduh (untuk berlindung dari biota yang
tingkatnya lebih tinggi dan sinar matahari langsung).
4.
Mudah
diangkat, diperbaharui, dipindah dan murah harganya.
Gambar. Rumpon
buatan dari bahan tumbuhan
RUMPON BUATAN DARI
BAHAN BUKAN TUMBUHAN
Proses pengumpulan ikan di rumpon sama
dengan yang dijelaskan di atas, hanya saja ada perbedaan proses yang terjadi
pada rumpon yang terbuat dari bahan bukan tumbuhan. Rumpon yang terbuat dari
tumbuhan tidak mampu bertahan lama (15 hari), sehingga diperlukan perbaikan,
penambahan atau penggantian rumpon yang mengakibatkan pemborosan waktu, dan
biaya yang berefek pada non efisiensi. Proses siklus rantai makanan dan siklus kehidupan
biota laut dari rumpon non tumbuhan adalah bersumber dari food chain dan coral
life cycle, yaitu memberikan tempat tumbuh atau menempel
biota karang sesuai dengan tingkat yang paling rendah hingga tingkat tertinggi
dalam proses pembentukan lingkungan karang yang diupayakan untuk menciptakan
habitat dari jenis ikan tertentu.
Rumpon laut dalam dapat dipasang pada
kedalaman antara 270 – 3.700 m, dengan berbagai disain mulai dari pelampung
bambu, drum, pontoon besi, pontoon alumunium, dan fiber glass.
Persyaratan :
Secara teknis material apapun yang
direndam di air laut merupakan media tumbuh atau tempat menempelnya biota
karang. Namun tujuan pembuatan rumpon ini tidak
terlepas dari persyaratan harus mudah ditangani,
mudah dipindah atau mudah diperbaiki,
sehingga dihindarkan bahan-bahan non tumbuhan yang tidak mudah korosif,
dan aerodinamis.
Gambar. Rumpon
buatan dari bahan bukan tumbuhan
PENEMPATAN
RUMPON
1.
Pemasangan
rumpon memerlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah :
2.
Dasar
perairan, Kontur dasar perairan terbaik untuk menanamkan rumpon adalah dasar
datar yang luas atau sedikit kemiringan. Daerah yang luas adalah penting
karena, alur pergeseran jangkar saat diturunkan sangat tidak bisa diprediksi.
3.
Kedalaman,
Rumpon yang ditempatkan di perairan dangkal
kurang dari 500 meter umumnya tidak efektif mengagregasi tuna. Selain itu,
biaya penanaman rumpon meningkat sebanding dengan kedalaman, karena semakin
dalam semakin panjang tali tambat yang dibutuhkan. Rumpon yang ditanam pada
kedalaman antara 1000 - 2000 m umumnya berfungsi dengan baik. Pada kondisi
tertentu, bagaimanapun, mungkin perlu untuk menanamkan rumpon di kedalaman yang
lebih besar.
4.
Kondisi
laut dan cuaca, Perairan yang berarus kuat harus dihindari. Seperti juga cuaca
buruk dan laut kasar, arus kuat akan meningkatkan ketegangan pada tali rumpon, menyebabkan
komponen tali cepat rusak. Ilayah
berarus deras sering terjadi di ujung pulau (tanjung), dan selat sempit di
antara pulau-pulau yang berdekatan.
5.
Jarak
antar rumpon, Umumnya rumpon akan mengagregasi lebih efektif jika ditempak pada
jarak sekitar 4 – 5 mil laut dari terumbu karang ke arah laut. Jarak antar rumpon sekitar 10 – 12 mkil
laut. Jjarak ini cukup untuk menghindari
interferensi dari karang dan rumpon lainnya.
6.
Aksebilitas
dan keselamatan, Rumpon harus ditempatkan agar aman untuk dicapai dari
pelabuhan. Letak lokasi dan jarak dari pantai tergantung pada kondisi laut dan
jarak operasi yang aman untuk perahu berukuran kecil. Nelayan sangat berpengalaman mengenai faktor
dan kondisi laut disekitarnya.
No comments:
Post a Comment