Wednesday, January 16, 2019

RUMPON


Kita mengenal dua jenis fish ground, pertama adalah fish ground alami, dan kedua adalah fisih ground buatan.  Fish ground alami adalah fish ground yang sudah ada di laut.  Sedangkan fish ground buatan adalah fish ground yang diciptakan oleh manusia yang dibuat semirip mungkin dengan fish ground alami, yang dikenal dengan rumpon (Fish Aggregate Devices; FAD).  

Ditinjau dari konstruksi dan lokasi pemasangannya rumpon dibagi menjadi dua jenis, yaitu rumpon dangkal dan rumpon laut dalam. Dewasa ini, dengan diciptakannya alat pendeteksi bawah air (fish finder) yang cukup terjangkau harganya.  Rumpon tidak lagi dibuat untuk menciptakan rantai makanan, tapi rumpon dimanfaatkan sebagai attractor di fish ground yang telah diketahui melalui fish finder. 

Ditinjau dari segi pengoperasiannya dibagi menjadi dua pula, yaitu rumpon tidak tetap (rumpon kenvensional yang berasal dari Tegal, Pekalongan, dan sekitarnya), dan rumpon tetap (rompong di Sulawesi dan payaos dari Filipina). Sedangkan ditinjau dari segi bahan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.      Rumpon yang terbuat dari bagian tumbuhan.
2.      Rumpon yang terbuat bukan tumbuhan
3.      Rumpon yang terbuat dari gabungan bagian tumbuhan dan bukan tumbuhan   

RUMPON BUATAN DARI BAHAN TUMBUHAN

Proses dekomposisi pada tumbuhan yang direndam di air laut hingga menghasilkan makanan yang diperlukan melalui beberapa tahapan.
1.      Tahap pertama: Proses pembusukan (dekomposisi) tumbuhan (chlorophyll) akan menumbuhkan diatomeae.
2.      Tahap kedua: Melimpahkan diatom yang sangat diperlukan sebagai makanan bagi phytoplankton.
3.      Tahap ketiga: Terkonsentrasinya phytoplankton yang merupakan makanan utama bagi zooplankton.  (Phytoplankton dan zooplankton telah ada melimpah di seluruh lapisan perairan laut yang dapat cepat berkembang biak). 

Setelah melimpahnya zooplankton maka akan mengundang ikan-ikan kecil untuk berkumpul dan memakannya. Pada tahapan ini terjadilah proses kedua yaitu, penciptaan kondisi lingkungan  dimana ikan besar memakan ikan kecil. Sekaligus memberikan perlindungan kepada ikan kecil untuk tidak dimakan secara langsung oleh ikan-ikan besar. Sifat perlindungan rumpon terhadap ikan kecil ini ditujukan untuk memperpanjang waktu sehingga ikan-ikan dari berbagai jenis dan ukuran dapat lebih banyak berkumpul dalam jumlah yang besar.  

Gambar. Rumpon buatan konvensional

Gambar. Pelampung (antang)

Gambar. Jangkar

Gambar. Tanda (umbul)

Persyaratan :
1.      Tumbuhan harus yang mengandung banyak chlorophyll dan segar (bukan kering).
2.      Harus dapat cepat membusuk dan tahan lama (sekitar 15 hari) atau lebih (beserat memanjang dan liat).
3.      Harus dapat menciptakan lingkungan yang teduh (untuk berlindung dari biota yang tingkatnya lebih tinggi dan sinar matahari langsung).
4.      Mudah diangkat, diperbaharui, dipindah dan murah harganya.   

Gambar. Rumpon buatan dari bahan tumbuhan

RUMPON BUATAN DARI BAHAN BUKAN TUMBUHAN

Proses pengumpulan ikan di rumpon sama dengan yang dijelaskan di atas, hanya saja ada perbedaan proses yang terjadi pada rumpon yang terbuat dari bahan bukan tumbuhan. Rumpon yang terbuat dari tumbuhan tidak mampu bertahan lama (15 hari), sehingga diperlukan perbaikan, penambahan atau penggantian rumpon yang mengakibatkan pemborosan waktu, dan biaya yang berefek pada non efisiensi. Proses siklus rantai makanan dan siklus kehidupan biota laut dari rumpon non tumbuhan adalah bersumber dari food chain dan coral life  cycle,  yaitu memberikan tempat tumbuh atau menempel biota karang sesuai dengan tingkat yang paling rendah hingga tingkat tertinggi dalam proses pembentukan lingkungan karang yang diupayakan untuk menciptakan habitat dari jenis ikan tertentu.
Rumpon laut dalam dapat dipasang pada kedalaman antara 270 – 3.700 m, dengan berbagai disain mulai dari pelampung bambu, drum, pontoon besi, pontoon alumunium, dan fiber glass. 

Persyaratan :
Secara teknis material apapun yang direndam di air laut merupakan media tumbuh atau tempat menempelnya biota karang. Namun tujuan pembuatan rumpon ini tidak
terlepas dari persyaratan harus mudah ditangani, mudah dipindah atau mudah diperbaiki,  sehingga dihindarkan bahan-bahan non tumbuhan yang tidak mudah korosif, dan aerodinamis.

Gambar. Rumpon buatan dari bahan bukan tumbuhan

PENEMPATAN RUMPON

1.      Pemasangan rumpon memerlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah :
2.      Dasar perairan, Kontur dasar perairan terbaik untuk menanamkan rumpon adalah dasar datar yang luas atau sedikit kemiringan. Daerah yang luas adalah penting karena, alur pergeseran jangkar saat diturunkan sangat tidak bisa diprediksi.
3.      Kedalaman, Rumpon yang ditempatkan di perairan  dangkal kurang dari 500 meter umumnya tidak efektif mengagregasi tuna. Selain itu, biaya penanaman rumpon meningkat sebanding dengan kedalaman, karena semakin dalam semakin panjang tali tambat yang dibutuhkan. Rumpon yang ditanam pada kedalaman antara 1000 - 2000 m umumnya berfungsi dengan baik. Pada kondisi tertentu, bagaimanapun, mungkin perlu untuk menanamkan rumpon di kedalaman yang lebih besar.
4.      Kondisi laut dan cuaca, Perairan yang berarus kuat harus dihindari. Seperti juga cuaca buruk dan laut kasar, arus kuat akan meningkatkan ketegangan pada tali rumpon, menyebabkan komponen tali cepat rusak.  Ilayah berarus deras sering terjadi di ujung pulau (tanjung), dan selat sempit di antara pulau-pulau yang berdekatan. 
5.      Jarak antar rumpon, Umumnya rumpon akan mengagregasi lebih efektif jika ditempak pada jarak sekitar 4 – 5 mil laut dari terumbu karang ke arah laut.   Jarak antar rumpon sekitar 10 – 12 mkil laut.  Jjarak ini cukup untuk menghindari interferensi dari karang dan rumpon lainnya.  
6.      Aksebilitas dan keselamatan, Rumpon harus ditempatkan agar aman untuk dicapai dari pelabuhan. Letak lokasi dan jarak dari pantai tergantung pada kondisi laut dan jarak operasi yang aman untuk perahu berukuran kecil.  Nelayan sangat berpengalaman mengenai faktor dan kondisi laut disekitarnya.  

No comments:

Post a Comment