Gulma
laut atau rumput laut
merupakan salah satu
sumber daya hayati
yang terdapat di wilayah
pesisir dan laut. Istilah
"rumput laut" adalah
rancu secara botani
karena dipakai untuk dua
kelompok "tumbuhan" yang berbeda.
Dalam bahasa Indonesia,
istilah rumput laut
dipakai untuk menyebut baik
gulma laut dan
lamun. Yang dimaksud sebagai
gulma laut adalah anggota dari
kelompok vegetasi yang
dikenal sebagai alga ("ganggang"). Sumber
daya ini biasanya dapat
ditemui di perairan
yang berasosiasi dengan
keberadaan ekosistem terumbu karang. Pemanfaatan rumput laut di
Indonesia sendiri sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920.
Tercatat
ada 22 jenis
rumput laut digunakan
secara tradisional sebagai
makanan, baik dibuat sayuran maupun sebagai
penganan dan obat-obatan.
Sampai dengan tahun
1990-an, penelitian telah berhasil mengembangkan pemanfaatan 61 jenis dari
27 marga rumput laut. Namun, penggunaannya selama itu masih terbatas untuk
makanan dan obat. Belum ada upaya pengembangan lebih lanjut pada produk lain
yang punya nilai ekonomis lebih
tinggi. Jenis rumput
laut juga banyak dibudidayakan
oleh sebagian masyarakat
pesisir Indonesia. Contoh jenis
rumput laut yang banyak
dibudidayakan di antaranya adalah Euchema
Cottonii dan Gracilaria
spp. Beberapa daerah dan pulau
di Indonesia yang
masyarakat pesisirnya banyak melakukan
usaha budidaya rumput laut
ini di antaranya berada
di wilayah pesisir
Kepulauan Seribu, Provinsi
Kepulauan Riau, Pulau Lombok,
Sulawesi, Maluku dan
Papua. Rumput laut Eucheuma
Cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu
thallus silindris, percabangan thallus
berujung runcing atau
tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan- tonjolan), berwarna
cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan
atau muda), percabangan bersifat
alternates (berseling), tidak
teratur serta dapat bersifat dichotomus
(percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-tiga).
Rumput laut
Eucheuma Cottonii memerlukan sinar
matahari untuk proses
fotosintesa. Oleh karena
itu, rumput laut
jenis ini hanya
mungkin dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada
kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini
biasanya hidup berkumpul dalam
satu komunitas atau
koloni. Eucheuma Cottonii
tumbuh di rataan
terumbu karang dangkal sampai
kedalaman 6 m,melekat
di batu karang,
cangkang kerang dan
benda keras lainnya. Faktor yang
sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus dan salinitas
(kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28-34 per mil. Oleh karenanya rumput
laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari muara sungai. Jenis ini telah
dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga tidak perlu melekat pada
substrat karang atau benda lainnya. Khasiat biologi dan kimiawi
senyawa alginat juga
dimanfaatkan pada pembuatan
obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah
tinggi,dan mengatasi gangguan
kelenjar. Rumput laut memang ibarat "tanaman dewa".
Itu karena unsur-unsur mineral yang terkandung didalamnya seperti iodium,
seng, dan selenium. Unsur seng
dan selenium diketahui
dapat mencegah kanker. Kandungan seng
dalam rumput laut diperkirakan
100 kali lebih
tinggi dibandingkan yang
ditemukan pada air
laut. Di pasar domestik
perdagangan komoditas ini lebih banyak dalam bentuk rumput laut kering.
Perdagangan
dalam bentuk rumput laut basah belum dikenal, hal ini terkait dengan belum
berkembangnya industri pengolahan rumput laut basah yang dapat
diproses menjadi berbagai produk turunan
alginat. Pada pasar domestik
tidak ada standar
mutu perdagangan rumput laut.
No comments:
Post a Comment