PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah perikanan baik dari usaha
penangkapan maupun usaha pengolahan sampai saat ini belum diupayakan maksimal.
Limbah perikanan selain sebagai sumber protein yang terbuang atau belum
dimanfaatkan, juga menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan disekitarnya.
Pengolahan sumber buangan tersebut secara terencana dapat memberi keuntungan
ganda berupa pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber protein khususnya
sebagai komponen bahan makanan ternak juga dapat mengurangi sumber pencemaran
lingkungan.
Salah satu cara pemanfaatan limbah
perikanan sebagaipakan ternak adalah melalui proses fermentasi berupa silase.
Ikan –ikan yang terbuang (tras fish) maupun
limbah industrihasil perikanan (fish
waste) dapat diolah menjadi sumber protein yang bernilai ekonomi tinggi melalui
proses silase. Cara ini sangat menguntungkan karena teknik pembuatannya relatif
mudah, tidak tergantung musim dan dapat dilakukan pada skala kecil. Dilihat
dari kandungan gizi dan proses pengolahan, silase ikan dapat menstubtitusi
tepung ikan dalam pakan ternak, mengingat proses pembuatan tepung ikan yang
sangat tergantung pada cuaca.
Pembuatan silase termasuk fermentasi yaitu
terjadinya perubahan-perubahan bahan organic yang kompleks menjadibahan-bahan
yang lebih sederhana oleh adanya kegiatan enzim, dimana bahan-bahan yang
dihasilkan dapat menghambat kegiatan mikroorganisme yang tidak diinginkan,
perubahan-perubahan yang terjadi dapat memperbaiki nilai gizi dn produk.
Pada dasarnya, pembuatan silase adalah
menurunkan pH dari bahan sehingga tercipta suatu kondisi yang tidak cocok bagi
pertumbuhan bakteri pathogen. Pada proses silase ditambahkan asam atau
sumber karbohidrat yang memacu proses
fermentasi.
Teknik pembuatan silase ikan dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu dengan cara biologi dan kimiawi. Silase ikan secara biologis
merupakan proses fermentasi non alkoholis dengna menggunakan kemampuan bakteri
asam laktat yang dapat berlangsung dalam keadaan anaerobic.
PENGOLAHAN SILASE
IKAN SECARA BIOLOGIS
Pada pengolahan silase ikan secara
biologis, bakteri asam laktat merubah gula menjadi asam organic yang
mengakibatkan terjadinya penurunan pH. Pada prinsipnya, pengolahan silase ikan
secara fermentasi biologis, sama halnya dengan pengolahan silase dengan
penambahan asam yaitu menurunkan pH serendah mungkin, sehingga jasad-jasad
renik pembusuk maupun pathogen tidak dapat tumbuh. Bila bakteri asam laktat
menguraikan senyawa gula, maka terbentuk asam laktat. Asam laktat dapat
mencegah pertumbuhan bakteri jenis lainnya dengan cara menghasilkan hydrogen
peroksida (H₂O₂) dan antibiotika
serta mnurunkan pH.
Agar pengolahan silase secara biologis
dapat berjalan lancar maka perlu ditambahkan sejumlah biakan inokulum (starter)
sebagi sumber bakteri asam laktat. Tujuan memproduksi asam laktat yang cukup
adalah untuk menurunkan pH sampai sekitar -4.0 yang tidak cocok untuk kehidupan
bakteri pembusuk dan pattogen.
Disamping itu penambahan karbohidrat
sebagai sumber energy bagi pertumbuhan bakteri asam laktat sangat diperlukan.
Sumber karbihidrat yang sering dipaki adalah molasses (limbah tetes tebu).
Molasses mengandung berbagi asam amino, mineral dan vitamin yang tahan panas
dan basa relative tinggi. Selain itu zat-zat tumbuh yang terdapat pada molasses
merupakan kelompok zat organic penting karena fungsinya sebagai penyusun enzim yang
mengkatalisasi proses biokimia ragi.
Gambar Metode
pengolahan silase ikan secara biologis
Produk akhir dari silase ikan dapat
dipakai sebagai bahan makanan ternak atau dikonsumsi manusia tergantung bahan
baku yang digunakan. Silase ikan yang baik ditandai dengan pH sekitar 4.3, bau
yang enak dan warna ynga menarik serta terdapat jamur atau cendawan. Saat ini
pengolahn silase ikan diutamakan untuk pengolahan limbah perikanan yang masih
kurang pendayagunaannya.
PENGOLAHAN
SILASE IKAN SECARA KIMIAWI
Proses pengolahan ikan dengan cara kimiawi
prinsip kerjanya sama dengan silase secara biologis, hanyasaja pada proses
secara kimiawi, akan diperoleh produk silase berupa silase cair, karen a
ikan-ikan yang digunakan akan dicairkan
atau dihidrolisa oleh enzi-enzim yang terdapat pada ikan itusendiri dengan
bantuan asmyang sengaja ditambahkan. Penambahan asam (asm format, asam asetat,
asam propionate) berfungsi mempercepat proses pencairan juga menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk dan pathogen.
Bahan kimia yang sering digunakan pada
silaseiakn secara kimiawi adalah asam-asam organic (asam format, asam asetat,
asam propionate) dan asam-asam mineral (asamsulfat, asam klorida) atau campuran
kedua asam tersebut. Pemilihan bahan yang digunakan harus memperhatikan
factor-faktor berupa harga, mudah atau sukar bahan yang diperoleh juga
tergantung kondisi setempat.
Penggunaan asan organic maupun asam
mineral masing-masing mempunyai keuntungan. Asam organic seperti asam format
umumnya lebih mahal tapi menghasilkan silase ikan yang lebih bagus berupa
silase yangn tidak terlalu asam dan dapat diberikan langsung pada ternak tanpa
netralisasi terlebih dahulu. Sedangkan asam mineral harganya relative lebih
murah, namun sifatnya yang sangat korosif, silase yang dihasilkan lebih asam
sehingga perlu dinetralisasi sebelum diberikan pada ternak.
PENGGUNAAN
SILASE IKAN
Silase ikan dapat digunakan sebagai sumber
protein pada ransum ternak terutam pada makanan babi dan unggas dan dipakai
sebagai pengganti tepung ikan. Beberapa keuntungan penggunaan silase ikan,
yaitu :
1.
Proses
silase tidak membutuhkan panas sehingga dapat menghemat energy.
2.
Modal
relative rendah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat.
3.
Tidak
memerlukan keahlian khusus, sehingga mudah diterapkan oleh setiap orang.
Penggunaan silase ikan sebagai
makanan ternak telah memberikan hasil
yang cukup memuaskan. Hal ini telah diterapkan pada ternak antara lain babidan
itik, dimana silase iakn dalam keadaan basah diberi langsung pada babi dan itik
sebagai pengganti tepung ikan. Jika digunakan untuk ternak ayam, silase ikan
sebaiknya harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara menambahkan bahan lain
berupa dedak, jagung atau gaplek.
No comments:
Post a Comment