Wednesday, January 23, 2019

PENGOLAHAN SILASE IKAN CUCUT


PENDAHULUAN

Pemanfaatan limbah perikanan baik dari usaha penangkapan maupun usaha pengolahan sampai saat ini belum diupayakan maksimal. Limbah perikanan selain sebagai sumber protein yang terbuang atau belum dimanfaatkan, juga menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan disekitarnya. Pengolahan sumber buangan tersebut secara terencana dapat memberi keuntungan ganda berupa pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber protein khususnya sebagai komponen bahan makanan ternak juga dapat mengurangi sumber pencemaran lingkungan.

Salah satu cara pemanfaatan limbah perikanan sebagaipakan ternak adalah melalui proses fermentasi berupa silase. Ikan –ikan yang terbuang (tras fish) maupun
limbah industrihasil perikanan (fish waste) dapat diolah menjadi sumber protein yang bernilai ekonomi tinggi melalui proses silase. Cara ini sangat menguntungkan karena teknik pembuatannya relatif mudah, tidak tergantung musim dan dapat dilakukan pada skala kecil. Dilihat dari kandungan gizi dan proses pengolahan, silase ikan dapat menstubtitusi tepung ikan dalam pakan ternak, mengingat proses pembuatan tepung ikan yang sangat tergantung pada cuaca.

Pembuatan silase termasuk fermentasi yaitu terjadinya perubahan-perubahan bahan organic yang kompleks menjadibahan-bahan yang lebih sederhana oleh adanya kegiatan enzim, dimana bahan-bahan yang dihasilkan dapat menghambat kegiatan mikroorganisme yang tidak diinginkan, perubahan-perubahan yang terjadi dapat memperbaiki nilai gizi dn produk.

Pada dasarnya, pembuatan silase adalah menurunkan pH dari bahan sehingga tercipta suatu kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan bakteri pathogen. Pada proses silase ditambahkan asam atau sumber  karbohidrat yang memacu proses fermentasi.

Teknik pembuatan  silase ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan cara biologi dan kimiawi. Silase ikan secara biologis merupakan proses fermentasi non alkoholis dengna menggunakan kemampuan bakteri asam laktat yang dapat berlangsung dalam keadaan anaerobic.




PENGOLAHAN SILASE IKAN SECARA BIOLOGIS

Pada pengolahan silase ikan secara biologis, bakteri asam laktat merubah gula menjadi asam organic yang mengakibatkan terjadinya penurunan pH. Pada prinsipnya, pengolahan silase ikan secara fermentasi biologis, sama halnya dengan pengolahan silase dengan penambahan asam yaitu menurunkan pH serendah mungkin, sehingga jasad-jasad renik pembusuk maupun pathogen tidak dapat tumbuh. Bila bakteri asam laktat menguraikan senyawa gula, maka terbentuk asam laktat. Asam laktat dapat mencegah pertumbuhan bakteri jenis lainnya dengan cara menghasilkan hydrogen peroksida (HO) dan antibiotika serta mnurunkan pH.

Agar pengolahan silase secara biologis dapat berjalan lancar maka perlu ditambahkan sejumlah biakan inokulum (starter) sebagi sumber bakteri asam laktat. Tujuan memproduksi asam laktat yang cukup adalah untuk menurunkan pH sampai sekitar -4.0 yang tidak cocok untuk kehidupan bakteri pembusuk dan pattogen.

Disamping itu penambahan karbohidrat sebagai sumber energy bagi pertumbuhan bakteri asam laktat sangat diperlukan. Sumber karbihidrat yang sering dipaki adalah molasses (limbah tetes tebu). Molasses mengandung berbagi asam amino, mineral dan vitamin yang tahan panas dan basa relative tinggi. Selain itu zat-zat tumbuh yang terdapat pada molasses merupakan kelompok zat organic penting karena fungsinya sebagai penyusun enzim yang mengkatalisasi proses biokimia ragi.


Gambar Metode pengolahan silase ikan secara biologis

Produk akhir dari silase ikan dapat dipakai sebagai bahan makanan ternak atau dikonsumsi manusia tergantung bahan baku yang digunakan. Silase ikan yang baik ditandai dengan pH sekitar 4.3, bau yang enak dan warna ynga menarik serta terdapat jamur atau cendawan. Saat ini pengolahn silase ikan diutamakan untuk pengolahan limbah perikanan yang masih kurang pendayagunaannya.



PENGOLAHAN SILASE IKAN SECARA KIMIAWI

Proses pengolahan ikan dengan cara kimiawi prinsip kerjanya sama dengan silase secara biologis, hanyasaja pada proses secara kimiawi, akan diperoleh produk silase berupa silase cair, karen a ikan-ikan yang digunakan   akan dicairkan atau dihidrolisa oleh enzi-enzim yang terdapat pada ikan itusendiri dengan bantuan asmyang sengaja ditambahkan. Penambahan asam (asm format, asam asetat, asam propionate) berfungsi mempercepat proses pencairan juga menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk dan pathogen.

Bahan kimia yang sering digunakan pada silaseiakn secara kimiawi adalah asam-asam organic (asam format, asam asetat, asam propionate) dan asam-asam mineral (asamsulfat, asam klorida) atau campuran kedua asam tersebut. Pemilihan bahan yang digunakan harus memperhatikan factor-faktor berupa harga, mudah atau sukar bahan yang diperoleh juga tergantung kondisi setempat.

Penggunaan asan organic maupun asam mineral masing-masing mempunyai keuntungan. Asam organic seperti asam format umumnya lebih mahal tapi menghasilkan silase ikan yang lebih bagus berupa silase yangn tidak terlalu asam dan dapat diberikan langsung pada ternak tanpa netralisasi terlebih dahulu. Sedangkan asam mineral harganya relative lebih murah, namun sifatnya yang sangat korosif, silase yang dihasilkan lebih asam sehingga perlu dinetralisasi sebelum diberikan pada ternak.

PENGGUNAAN SILASE IKAN

Silase ikan dapat digunakan sebagai sumber protein pada ransum ternak terutam pada makanan babi dan unggas dan dipakai sebagai pengganti tepung ikan. Beberapa keuntungan penggunaan silase ikan, yaitu :
1.      Proses silase tidak membutuhkan panas sehingga dapat menghemat energy.
2.      Modal relative rendah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat.
3.      Tidak memerlukan keahlian khusus, sehingga mudah diterapkan oleh setiap orang.

Penggunaan silase ikan sebagai makanan  ternak telah memberikan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini telah diterapkan pada ternak antara lain babidan itik, dimana silase iakn dalam keadaan basah diberi langsung pada babi dan itik sebagai pengganti tepung ikan. Jika digunakan untuk ternak ayam, silase ikan sebaiknya harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara menambahkan bahan lain berupa dedak, jagung atau gaplek.


No comments:

Post a Comment