Saturday, February 2, 2019

BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR


     



PENDAHULUAN

Udang Cherax atau biasa dikenal dengan Lobster  Air Tawar semula dibudidayakan sebagai komoditi udang hias, karena mempunyai warna dan bentuk yang khas dan menarik. Keberhasilan teknik budidaya udang cherax membuat pertumbuhannya cepat dan dapat mencapai ukuran yang besar, sehingga sejak tahun 2003 para pembudidaya  mengembangkan jenis udang air tawar ini tidak hanya sebagai komoditas hias, tapi juga untuk komoditas konsumsi. Kebutuhan udang cherax konsumsi semakin meningkat, namun produksinya masih sangat rendah sehingga harganya sangat tinggi.

Pengembangan udang cherax sebagai komoditas konsumsi dinilai lebih potensial, hal ini didasarkan pada beberapa alas an, antara lain adalah permintaan pasar yang belum terpenuhi, baik domestik maupun ekspor.

BIOLOGI UDANG CHERAX

Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari kelompok udang (Crustacea) yang hidupnya hanya di air tawar. Daerah penyebarannya meliputi Asia dan Australia seperti Papua dan Quinsland. Suhu ideal untuk pertumbuhan udang cherax adalah 26 – 30 °C, meskipun demikian, ia juga tahan hidup pada suhu 80 °C.

Udang cherax akan kawin jika telah menemukan pasangan yang cocok, dimana di habitat aslinya udang cherax mulai kawin pada umur 1 tahun dan terjadi pada awal musim hujan. Sepuluh hari setelah kawin, telur yang telah dibuahi induk jantan akan terlihat melekat dibawah perut induk betina. Sedangkan karakteristik biologinya secara umum adalah :

1.      Umur pertama matang gonad 6-7 bulan dan fertilisasi atau pembuahan terjadi didalam tubuh induk betina, yang kemudian telur setelah dibuahi akan dierami di permukaan badan bagian bawah.
2.      Jumlah fekunditas telur rata-rata 7-8 butir per gram bobot induk dengan diameter berkisar 0,8-1,4 mm.
3.      Pada awal pengeraman, warna telur kuning kecoklatan dan kemudian berubah menjadi ungu dengan lama pengeraman 35 – 40 hari.
4.      Larva dari telur yang menetas pada awalnya akan tetap menempel pada permukaan tubuh induk dan benih akan berenang lepas dari induknya setelah cadangan kuning telur yang ada ditubuhnya habis yaitu antara 3 -5 hari setelah menetas. 
5.      Mempunyai kebiasaan moulting,  yaitu berganti kulit saat tumbuh menjadi besar. Untuk itu, supaya mendukung  pertumbuhan optimum perlu kecukupan kalsium. Ketidak sempurnaan moulting (end moulting syndrom) merupakan fase kritis yang dapat menyebabkan kematian.
6.      Moulting mulai terjadi pada umur 1-2 minggu, dan moulting akan terus terjadi hingga ukuran cherax mencapai  5 inchi. Ketika dewasa, cherax tetap mengalami moulting setelah 2-3 kali melakukan perkawinan.
7.      Mempunyai sifat kanibal, yaitu suka memangsa jenisnya sendiri, terutama pada saat moulting serta saat kekurangan makanan.
8.      Cherax termasuk pemakan segala (omnivore) yaitu dapat memanfaatkan nutrient dari sumber nabati maupun hewani, seperti cacing sutera, cacing tanah, umbi-umbian, akar tanaman air dan lain-lain.
9.      Relatif mudah beradaptasi pada lingkungan air budidaya pada suhu optimum 26 – 30 °C, kandungan oksigen lebih dari 2 ppm dan pH 7-8.

PEMBENIHAN

1.      Langkah awal dalam kegiatan pembenihan udang cherax adalah melakukan seleksi induk-induk yang matang gonad atau matang telur dengan yang belum matang gonad. Seleksi induk dilakukan tiga minggu dalam pematangan gonad dan sebelum pemijahan.
2.      Pemeliharaan induk sering disebut kegiatan pematangan gonad, karena tujuannya untuk mendapatkan induk-induk yang matang gonad. Usia matang gonad bagi udang cherax adalah 6-7 bulan. Induk dapat dipelihara dalam bak fibre glass atau aquarium serta dapat pula di kolam dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:3. Sebelum udang di masukkan dalam wadah, perlu dipasang aerator dan shelter (pelindung) dengan jumlah sesuai dengan induk yang akan dipelihara.
3.      Pendederan benih dapat dilakukan di aquarium atau di bak permanen dengan pemasangan shelter dari pipa PVC berdimeter 10 mm sepanjang 3 cm sebanyak jumlah benih yang ditebar, serta PVC berdiameter 0,5 inci dengan panjang 5 cm sebanyak separuh dari jumlah benih udang.
4.      Perlakuan selama masa pendederan antara lain; penyiponan setiap 3-4 hari sekali dan pemberian pakan menggunakan cacing sutera atau pellet komersial dengan dosis 2 % per hari dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.

PEMBESARAN

Tujuan pembesaran udang cherax adalah untuk mendapatkan udang cherax dewasa yang siap dikonsumsi dan untuk mendapatkan calon indukan. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan udang cherax adalah kualitas air kolam (kandungan oksigen terlarut) dan pemberian pakan (kuantitas dan kualitas pakan)

Wadah pembesaran dapat berupa kolam semen, bak fiber, bisa juga kolam tanah, yang terpenting adalah wadah tersebut dapat menampung air dan tidak mudah dirusak oleh lobster. Sebaiknya ketinggian air minimal 60 cm, sehingga wadah tidak perlu diberi penutup dari terik matahari.

Benih lobster yang ditebar untuk dibesarkan adalah benih berukuran 5 cm, dengan kepadatan yang ideal sebanyak 20-30 ekor per m².

Selama masa pemeliharaan udang cherax diberikanan makanan berupa tauge, wortel, bayam, kubis, buncis dan semua jenis sayuran. Umbi-umbian seperti singkong dan ubi jalar juga diberikan sebagai sumber karbohidrat. Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dapat diberikan berupa daging, seperti daging bekicot, keong mas, ikan, daging ayam dan cacing tanah. Dosis pakan per hari adalah 3 % dari bobot total udang. Pakan diberikan 2 kali sehari dengasn komposisi 25% diberikan pada pagi hari dan 75% diberikan pada sore hari.

Meskipun udang cherax termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit, karena kulitnya yang tebal dan keras, tetapi kewaspadaan tetap diperlukan. Dalam proses pembesaran lobster, hama yang sering menjadi pemangsa adalah tikus dan kucing. Karena itu kolam pembesaran harus bebas dari jangkauan kedua binatang tersebut.

Pemanenan dilakukan setelah 5-6 bulan masa pemeliharaan dengan menggunakan perangkap bubu bila tidak mau mengeringkan kolam. Pemanenan dengan cara menguras kolam, maka kolam harus didesain dengan membuat kemalir di tengah kolam, sehingga disaat air hanya tertinggal dikemalir maka udang  akan mudah ditangkap.

Beberapa penyakit yang sering menyerang udang cherax dan menyebabkan kematian adalah  sebagai berikut :

  1. Jamur Saprolegnia dan Achyla, gejalanya tubuh udang diselimuti oleh benang halus seperti kapas dan udang menjadi malas makan dan dapat menimbulkan kematian. Pengobatannya adalah dengan merendam udang yang sakit dalam larutan malachite green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
  2. Cacing jangkar, gejalanya timbul cairan atau lendir yang memanjang pada bagian insang, udang akan kekurangan darah, menjadi kurus dan akhirnya mati. Pengobatannya rendam udang yang sakit dalam lauran garan dangan konsentrasi 20 gram/liter air selama 10-20 menit.
  3. Argolus foliceus, gejalanya awalnya timbul bercak merah pada tubuh udang, parasit ini menyebabkan udang kekurangan darah dan akhirnya mengalami kematian. Pengobatannya, rendam udang yang sakit dalam larutan Lysol  1 ml yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah itu, rendam kembali udang dalam 1 gram kalium permanganate yang dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam.
Download file :  Link1  |  Link2  |  Link3
Pass :  Link1  |  Link2  |  Link3  

No comments:

Post a Comment