PENDAHULUAN
Udang Cherax atau biasa dikenal dengan
Lobster Air Tawar semula dibudidayakan
sebagai komoditi udang hias, karena mempunyai warna dan bentuk yang khas dan
menarik. Keberhasilan teknik budidaya udang cherax membuat pertumbuhannya cepat
dan dapat mencapai ukuran yang besar, sehingga sejak tahun 2003 para
pembudidaya mengembangkan jenis udang
air tawar ini tidak hanya sebagai komoditas hias, tapi juga untuk komoditas
konsumsi. Kebutuhan udang cherax konsumsi semakin meningkat, namun produksinya
masih sangat rendah sehingga harganya sangat tinggi.
Pengembangan udang cherax sebagai
komoditas konsumsi dinilai lebih potensial, hal ini didasarkan pada beberapa
alas an, antara lain adalah permintaan pasar yang belum terpenuhi, baik
domestik maupun ekspor.
BIOLOGI
UDANG CHERAX
Lobster air tawar merupakan salah satu
genus dari kelompok udang (Crustacea) yang hidupnya hanya di air tawar. Daerah
penyebarannya meliputi Asia dan Australia seperti Papua dan Quinsland. Suhu
ideal untuk pertumbuhan udang cherax adalah 26 – 30 °C, meskipun demikian, ia
juga tahan hidup pada suhu 80 °C.
Udang cherax akan kawin jika telah
menemukan pasangan yang cocok, dimana di habitat aslinya udang cherax mulai
kawin pada umur 1 tahun dan terjadi pada awal musim hujan. Sepuluh hari setelah
kawin, telur yang telah dibuahi induk jantan akan terlihat melekat dibawah
perut induk betina. Sedangkan karakteristik biologinya secara umum adalah :
1.
Umur
pertama matang gonad 6-7 bulan dan fertilisasi atau pembuahan terjadi didalam
tubuh induk betina, yang kemudian telur setelah dibuahi akan dierami di
permukaan badan bagian bawah.
2.
Jumlah
fekunditas telur rata-rata 7-8 butir per gram bobot induk dengan diameter
berkisar 0,8-1,4 mm.
3.
Pada
awal pengeraman, warna telur kuning kecoklatan dan kemudian berubah menjadi
ungu dengan lama pengeraman 35 – 40 hari.
4.
Larva
dari telur yang menetas pada awalnya akan tetap menempel pada permukaan tubuh
induk dan benih akan berenang lepas dari induknya setelah cadangan kuning telur
yang ada ditubuhnya habis yaitu antara 3 -5 hari setelah menetas.
5.
Mempunyai
kebiasaan moulting, yaitu berganti kulit
saat tumbuh menjadi besar. Untuk itu, supaya mendukung pertumbuhan optimum perlu kecukupan kalsium.
Ketidak sempurnaan moulting (end moulting syndrom) merupakan fase kritis yang
dapat menyebabkan kematian.
6.
Moulting
mulai terjadi pada umur 1-2 minggu, dan moulting akan terus terjadi hingga
ukuran cherax mencapai 5 inchi. Ketika
dewasa, cherax tetap mengalami moulting setelah 2-3 kali melakukan perkawinan.
7.
Mempunyai
sifat kanibal, yaitu suka memangsa jenisnya sendiri, terutama pada saat
moulting serta saat kekurangan makanan.
8.
Cherax
termasuk pemakan segala (omnivore) yaitu dapat memanfaatkan nutrient dari
sumber nabati maupun hewani, seperti cacing sutera, cacing tanah, umbi-umbian,
akar tanaman air dan lain-lain.
9.
Relatif
mudah beradaptasi pada lingkungan air budidaya pada suhu optimum 26 – 30 °C,
kandungan oksigen lebih dari 2 ppm dan pH 7-8.
PEMBENIHAN
1.
Langkah
awal dalam kegiatan pembenihan udang cherax adalah melakukan seleksi
induk-induk yang matang gonad atau matang telur dengan yang belum matang gonad.
Seleksi induk dilakukan tiga minggu dalam pematangan gonad dan sebelum
pemijahan.
2.
Pemeliharaan
induk sering disebut kegiatan pematangan gonad, karena tujuannya untuk
mendapatkan induk-induk yang matang gonad. Usia matang gonad bagi udang cherax
adalah 6-7 bulan. Induk dapat dipelihara dalam bak fibre glass atau aquarium
serta dapat pula di kolam dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:3.
Sebelum udang di masukkan dalam wadah, perlu dipasang aerator dan shelter
(pelindung) dengan jumlah sesuai dengan induk yang akan dipelihara.
3.
Pendederan
benih dapat dilakukan di aquarium atau di bak permanen dengan pemasangan
shelter dari pipa PVC berdimeter 10 mm sepanjang 3 cm sebanyak jumlah benih
yang ditebar, serta PVC berdiameter 0,5 inci dengan panjang 5 cm sebanyak
separuh dari jumlah benih udang.
4.
Perlakuan
selama masa pendederan antara lain; penyiponan setiap 3-4 hari sekali dan
pemberian pakan menggunakan cacing sutera atau pellet komersial dengan dosis 2
% per hari dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.
PEMBESARAN
Tujuan pembesaran udang cherax adalah
untuk mendapatkan udang cherax dewasa yang siap dikonsumsi dan untuk
mendapatkan calon indukan. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan udang
cherax adalah kualitas air kolam (kandungan oksigen terlarut) dan pemberian
pakan (kuantitas dan kualitas pakan)
Wadah pembesaran dapat berupa kolam semen,
bak fiber, bisa juga kolam tanah, yang terpenting adalah wadah tersebut dapat
menampung air dan tidak mudah dirusak oleh lobster. Sebaiknya ketinggian air
minimal 60 cm, sehingga wadah tidak perlu diberi penutup dari terik matahari.
Benih lobster yang ditebar untuk
dibesarkan adalah benih berukuran 5 cm, dengan kepadatan yang ideal sebanyak
20-30 ekor per m².
Selama masa pemeliharaan udang cherax
diberikanan makanan berupa tauge, wortel, bayam, kubis, buncis dan semua jenis
sayuran. Umbi-umbian seperti singkong dan ubi jalar juga diberikan sebagai
sumber karbohidrat. Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dapat
diberikan berupa daging, seperti daging bekicot, keong mas, ikan, daging ayam
dan cacing tanah. Dosis pakan per hari adalah 3 % dari bobot total udang. Pakan
diberikan 2 kali sehari dengasn komposisi 25% diberikan pada pagi hari dan 75%
diberikan pada sore hari.
Meskipun udang cherax termasuk tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, karena kulitnya yang tebal dan keras,
tetapi kewaspadaan tetap diperlukan. Dalam proses pembesaran lobster, hama yang
sering menjadi pemangsa adalah tikus dan kucing. Karena itu kolam pembesaran
harus bebas dari jangkauan kedua binatang tersebut.
Pemanenan dilakukan setelah 5-6 bulan masa
pemeliharaan dengan menggunakan perangkap bubu bila tidak mau mengeringkan
kolam. Pemanenan dengan cara menguras kolam, maka kolam harus didesain dengan
membuat kemalir di tengah kolam, sehingga disaat air hanya tertinggal dikemalir
maka udang akan mudah ditangkap.
Beberapa penyakit yang sering menyerang
udang cherax dan menyebabkan kematian adalah
sebagai berikut :
- Jamur Saprolegnia dan Achyla, gejalanya tubuh udang diselimuti oleh benang halus seperti kapas dan udang menjadi malas makan dan dapat menimbulkan kematian. Pengobatannya adalah dengan merendam udang yang sakit dalam larutan malachite green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
- Cacing jangkar, gejalanya timbul cairan atau lendir yang memanjang pada bagian insang, udang akan kekurangan darah, menjadi kurus dan akhirnya mati. Pengobatannya rendam udang yang sakit dalam lauran garan dangan konsentrasi 20 gram/liter air selama 10-20 menit.
- Argolus foliceus, gejalanya awalnya timbul bercak merah pada tubuh udang, parasit ini menyebabkan udang kekurangan darah dan akhirnya mengalami kematian. Pengobatannya, rendam udang yang sakit dalam larutan Lysol 1 ml yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah itu, rendam kembali udang dalam 1 gram kalium permanganate yang dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam.
Pass : Link1 | Link2 | Link3
No comments:
Post a Comment