PENANGANAN
KEPITING HIDUP
Pada umumnya kepiting dijual dalam bentuk
daging yang dikemas dalam kaleng atau dijual dalam keadaan hidup. Kepiting
hidup memiliki harga yang tinggi dan dapat menjangkau pasar yang jauh.
Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil
panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, higienis (kebersihan)
sejak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeli atau diolah. Panen
perlu dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang
berlebihan.
Faktor suhu dapat mempengaruhi laju
kecepatan metabolisme (pencernaan), kesehatan, kesegaran dan laju dehidrasi
(kehilangan cairan tubuh). Kehilangan berat sekitar 3 - 4% akibat dehidrasi pada
proses penyimpanan kepiting tanpa air dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu dingin (< 14oC) atau
suhu panas (> 32oC) dapat menyebabkan kematian kepiting karena lingkungan
hidup kepiting berkisar antara 12oC sampai dengan 32oC.
Penangkapan Kepiting dialam relative sulit
bagi pemula sedangkan bagi para nelayan, melakukan penangkapan cukup mudah
dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Beberapa hambatan dalam usaha
menagkap Kepiting dengan tujuan mempertahankannya tetap hidup adalah antara
lain karena mudah lari, menyerang satu sama lainya yang mengakibatkan cacat
fisik, maupun menyerang orang yang menangani sehingga mengakibatkan kegiatan
penanganananya menjadi lambat dan terkadang membanting hasil tangkapan. Oleh
karena itu, panen dan penanganan kepiting perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga
terampil untuk menangkap dan mengikat.
Setelah Kepting ditangkap, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah memisahkan hasil tangkapan berdasarkan ukuran (besar
dan kecil), cacat fisik yang dialami seperti patah capit dengan yang utuh,
dipisah berdasarkan Kepting hidup dan mati, jantan dan betina, sedang bertelur
atau tidak.
Kepiting yang baru saja dipanen harus
segera diikat supaya tidak lepas dan saling menyerang, memudahkan seleksi dan
penanganan selanjutnya. Pengikatan dapat dilakukan dengan dua cara yakni : (1)
Pengikatan seluruh kaki dan capit
sehingga kepiting tidak mampu bergerak; (2) Pengikatan pada capit saja
sehingga kepiting masih mampu berjalan tetapi tidak dapat menyerang.
Pengikatan pertama mempunyai kelemahan
bila dibiarkan dalam beberapa hari, ketika akan dilepas, kepiting menjadi
lumpuh, tidak lincah sehingga dinilai lemah/sakit yang dapat menurunkan mutu,
sedangkan pengikat cara kedua kepiting masih bisa lari kecuali yang lemah/sakit
sehingga peluang lepas/hilang bila tempat penyimpanan/penampungan tidak
tertutup selalu ada. Kepiting yang telah diikat, disortir (dipisahkan
berdasarkan berat dan ukuran), disusun rapi (tidak terbalik) di dalam keranjang
atau semacamnya bersusun 3 - 5 lapis dengan kondisi keranjang cukup memiliki
ventilasi/lubang untuk sirkulasi udara. Dalam keadaan ini dapat disimpan dalam
ruangan lembab bersuhu rendah. Ditingkat petani sering ditutup dengan karung
bersih dan basah dan segera dikirim kepada konsumen.
Setelah Kepiting di ikat dan dikemas maka
siap untuk di pasarkan. Biaya transport cukup tinggi sehingga perlu perencanaan
yang baik agar kepiting yang dikirim tetap dalam keadaan hidup sampai pada
konsumen. Bila karena sesuatu hal kepiting yang telah diikat tadak dapat segera
dikirim kepada konsumen/pembeli, maka setiap 12 jam dapat dicelup dalam air
asin selama beberapa menit untuk
menghindari dehidrasi. Bila ada yang lemah
sekali atau mati harus segera dipisahkan untuk menghindari kematian kepiting
lainya. Kepiting yang lemah, kurang sehat ditandai dengan gerakan tangkai mata
dan kaki renang yang lamban, serta keluar busa dari mulutnya.
Gambar. Rajungan
dan Kepiting
PENANGANAN
DAGING KEPITING/RAJUNGAN
Terdapat perbedaan antara penganganan
Rajungan dengan Kepiting. Jika Kepiting ditangani dalam keadaan hidup maka
rajungan ditangani dalam bentuk daging.
Penanganan daging Rajungan menggunakan
prinsip – prinsip penanganan suhu rendah (0 – 5oC). Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi pembusukan oleh bakteri dan enzim karena daging
rajungan mengandung substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri tersebut.
Proses perebusan rajungan mentah dilakukan
selama ±30 menit dengan suhu 90-100oC, disesuaikan dengan jumlah
bahan baku yang direbus (SNI 01-4224-1996). Kemudian Rajungan dibelah dan
diambil dagingnya. Daging Rajungan harus dipisah berdasarkan asal bagian tubuh
Rajungan. Daging Rajungan sebagian besar terdapat pada bagian badan, kaki, dan
capitnya. Berdasarkan daging pada bagian
tersebut, maka daging rajungan umumnya dibagi menjadi 4 macam daging, yaitu :
1.
Jumbo
lamp dan colossal (daging putih) adalah dua daging dari capit.
2.
Sepesial
(daging putih) adalah daging yang terletak dibagian badan berupa serpihan.
3.
Clow
meat (daging coklat) adalah dari capit sampai kaki rajungan.
4.
Clow
fingers (daging coklat) adalah bagian pertama dari capit dan bagian capit yang
dapat digerakkan
Bagian-bagian daging tersebut kemudian di
simpan kedalam kaleng plastik dan disimpan dalam wadah yang diberi es.
Mutu daging rajungan dapat dibedakan
menjadi tiga tingkatan mutu yaitu :
1.
Mutu
I potongan daging (lump Meat) terdiri dari kaki-kaki dan sirip-sirip belakang, merupakan
mutu yang baik.
2.
Mutu
II serpihan putih (White/Flake) terdiri dari sisa daging dari badan.
3.
Mutu
III daging capit berwarna gelap dan mutunya rendah
Gambar. Bagian
rajungan setelah direbus
Gambar. Daging
rajungan siap diolah
No comments:
Post a Comment