PENDAHULUAN
Pada pembudidayaan ikan gurami, usaha
pembenihan memegang peranan penting dalam penyediaan benih yang akan dibesarkan
sampai ukuran konsumsi. Selama ini, salah satu kendala terbesar dalam usaha
pembenihan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama dari
larva hasil tetasan sampai benih ukuran 1 cm.
PERSIAPAN
KOLAM PEMIJAHAN
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan
gurami meliputi :
1.
Pengeringan kolam
Pengeringan kolam pemijahan dilakukan
selama 2 – 3 hari. Tujuan dari pengeringan kolam ini adalah untuk membunuh hama
dan sumber penyakit serta menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam. Hama
pengganggu di kolam dapat berupa ular air, keong mas, cacing , ikan-ikan liar
dll, sedangkan sumber penyakit dapat berupa bakteri yang dapat diberantas atau
dikurangi dengan cara penjemuran kolam. Tujuan pengeringan kolam yang lain
adalah untuk memberikan suasana baru bagi gurami, karena tanah yang kering akan
memiliki bau yang khas saat terendam air yang akan merangsang induk ikan untuk
memijah. Setelah dikeringkan, kolam diisi air dengan ketinggian air kolam 0,75
- 1 m. Air dibiarkan + 4 hari agar tumbuh kelekap (plankton) di pinggir-pinggir
kolam sebagai persediaan pakan bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke
kolam pemijahan.
2.
Pembersihan Pematang dari Rumput-rumput Liar
Rumput-rumput yang tumbuh di pematang
kolam dibersihkan agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur oleh
induk gurami. Selain itu rumput yang dibiarkan tumbuh liar di pinggir pematang
juga dapat menjadi tempat persembunyian hama pengganggu.
3.
Pengisian Air Kolam
Kolam diisi air setinggi 70 – 100 cm
karena gurami memang memiliki tubuh yang lebar (tinggi). Gurami juga merupakan
ikan yang hidup di perairan dasar (dalam) dan suka bergerak secara vertikal
(naik turun), kadang muncul ke permukaan dan menyembulkan kepalanya ke atas
permukaan air bila perairan miskin oksigen, sehingga gurami memerlukan perairan
yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya tersebut.
4.
Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang.
Kerangka sarang (sosog) dipasang pada
pematang yang sepi, tidak banyak orang berlalu-lalang agar induk gurami tidak
terganggu, sedang bahan pembentuk sarang dipasang tidak jauh dari sosog untuk
memudahkan induk gurami membuat sarangnya. Kerangka sarang dan bahan pembentuk
sarang yang digunakan dapat dilihat pada gambar :
Gambar. Sosog dari
bahan bambu
Gambar. Sosog dari
bahan plastik
Induk gurami akan membuat sarangnya
sendiri untuk meletakkan telurnya, sehingga petani atau pembudidaya ikan harus
mempersiapkan bahan yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami pada kolam
pemijahan. Kerangka sarang (sosog) dibuat dari bambu yang dianyam berbentuk
kerucut. Sosog dipasang dengan cara menancapkan tangkainya pada pematang kolam.
Posisi sosog yang baik adalah terendam air sedalam 10 – 30 cm, untuk memudahkan pengawasan dan pemanenannya.
Selain itu juga untuk menjaga agar telur yang berada dalam sarang tidak terlalu
banyak terkena partikel lumpur. Satu ekor induk betina, biasanya hanya
membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telur, namun dalam kolam pemijahan
sebaiknya dipasang 3 – 4 buah kerangka sarang (sosog) agar induk gurami mudah
menentukan pilihannya.
Tidak jauh dari sosog, dibuat para-para
dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat
dijadikan sarang oleh induk gurami.
SELEKSI
INDUK GURAME
Gurami yang akan dijadikan induk berumur
kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3
tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina. Bobot gurami yang pantas untuk
dijadikan induk adalah 1,5 – 2 kg/ekor. Masa produksi optimal induk betina
berlangsung selama 5 – 7 tahun. Semakin tua umur induk gurami, jumlah telur
yang dihasilkan semakin menurun, tetapi kualitas telurnya semakin baik.
Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami dapat dilihat pada
tabel berikut :
Induk
gurami jantan
|
Induk
gurami betina
|
Dahi
menonjol ( nonong )
|
Dahi
lebih rata (tidak ada tonjolan)
|
Dagu
tebal ( lebih menonjol )
|
Dagu
tidak menebal
|
Perut
meruncing
|
Perut
membundar
|
Susunan
sisik normal (rebah)
|
Susunan
sisik agak membuka
|
Gerakan
lincah
|
Gerakan
agak lamban
|
Tabel. Ciri-ciri
secara fikik induk ikan gurame
Adapun persyaratan induk ikan gurami
sesuai Standar Nasional Indonesia harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.
Warna
: badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau
kekuning-kuningan.
b.
Bentuk
tubuh : pipih vertikal.
c.
Asal
: hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d.
Kesehatan
: anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan
bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen,
insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang
normal dan tubuh berlendir.
PEMIJAHAN
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/
tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat. Kolam
pemeliharaan induk sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan
penebaran 1 ekor/m2.
Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan
perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4. Pakan yang diberikan berupa pelet
terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas
sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun
sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang berupa
keranjang plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang
ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Bahan sarang berupa
sabut kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang yang ditempatkan
dipermukaan air sekitar tempat sarang. Ikan jantan yang sudah memijah akan
membangun sarang untuk menampung telur dari induk betina. Biasanya, induk
jantan memerlukan waktu 1-2 minggu untuk membangun sarang. Pada pemijahan
secara massal, dapat disediakan sarang sejumlah induk jantan yang ada dengan
jarak antarsarang sekitar 1-2 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
persaingan dalam membangun sarang.
Gambar. Kolam
pemijahan
Induk gurami akan melakukan pemijahan jika
kedua induk siap dan kondisi memungkinkan. Induk jantan akan mencari tempat
yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat menyimpan telur,
dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut kelapa dll) yang telah dipersiapkan
di atas permukaan kolam.
Selanjutnya bila sarang sudah siap, induk
yang akan memijah saling berkejar-kejaran dan induk betina akan mengeluarkan
telur dalam sarang, kemudian akan dibuahi oleh induk jantan. Sarang yang telah
berisi telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas sarang terdapat
lapisan minyak, atau dengan cara menusuk sarang dengan lidi. Jika lidi yang
ditusukkan mengandung minyak, atau muncul minyak dari dalam sarang ke permukaan
air, maka bisa dipastikan sarang tersebut telah berisi telur. Lapisan minyak
tersebut berasal dari telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah
berisi telur biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk
jantan, dan induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi
telur dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan
selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.
No comments:
Post a Comment