Monday, January 29, 2018

BUDIDAYA UDANG SISTEM TERTUTUP



PENDAHULUAN

Kegiatan budidaya udang merupakan  jenis usaha  perikanan yang hampir semua proses produksinya dapat ditargetkan sesuai dengan keinginan, sejauh manusia dapat memenuhi persyaratan pokok dan pendukung kehidupan serta pertumbuhan udang yang optimal. Usaha  ini pernah menunjukkan hasil yang memuaskan hingga Indonesia menjadi produsen udang papan atas di dunia yaitu pada tahun 1994  mampu mencapai angka produksi > 300.000 ton/tahun (produksi dari tambak intensif sekitar 60 %, tambak sederhana mencapai 20% dan tambak semi-intensif sekitar 10%). Sedangkan mulai tahun 1997 hingga sekarang produksi udang Indonesia  mengalami penurun yang tidak sedikit, yaitu kira-kira produksi per tahun berkisar antara 160.000-200.000 ton.

Budidaya udang sistem tertutup adalah penggunaan kembali air pembuangan dari hasil limbah/kotoran pemeliharaan udang, setelah melalui proses filtrasi/pengendapan pada petakan tandon lainnya dengan syarat air yang digunakan kembali harus mempunyai parameter yang optimal/standar.

Filtrasi air dapat dilakukan dengan proses secara fisika, kimia dan biologis pada setiap tahapan tandon air.

KONDISI TERTENTU PADA TAMBAK SISTEM TERTUTUP

Penambahan air dari luar dapat dilakukan apabila : a) konstruksi pematang tambak banyak rembesan; b) tingkat porositas tanah tinggi; c) tingkat evapotranspirasi (penguapan air) tinggi; d) kondisi parameter kualitas air media pemeliharaan tidak optimal; d) tingkat kepekatan/kemelimpahan fitoplankton tinggi (transparasi rendah, di atas 20 cm); e) kepekatan salinitas meningkat; dan kondisi udang ada masalah (penyakit, nafsu makan menurun, dll).

PERSYARATAN BUDIDAYA UDANG SISTEM TERTUTUP

Penerapan teknologi budidaya udang sistem tertutup diperlukan standar prosedur operasional yang memenuhi persyaratan teknis secara optimal guna memperoleh hasil yang maksimal. Persyaratan umum adalah sebagai berikut :
1). Konstruksi tambak kedap air; 2). Diperlukan redisain konstruksi tambak sistem tertutup (1 unit tambak sistem tertutup terdiri dari : petak pembesaran, tandon biofilter, tandon endapan, tandon karantina/treatmen, dll); 3). Penebaran benih bebas virus dan ukuran seragam (Ukuran > PL 12, atau tokolan); 4). Air media pemeliharaan steril (standar air baku), menggunakan disinfektan yang mudah terurai dan resiko pencemaran zero (netral); 5). Penumbuhan fitoplankton awal menjadi kunci bioindikator (aplikasi pupuk yang tepat) dan pengendalian selama pemelihraan; 6). Penggunaan dan pengaturan pakan yang standar; 7). Penggunaan feed additive (immonostimulant) yang resiko rendah/tidak dilarang dan terprogram; 8). Penggunaan probiotik yang tepat dan terkendali; 9). Pengelolaan air dan lumpur secara periodik; 10). Pengendalian oksigen terkendali (oksigen minimal pagi hari > 3,5 ppm); 11). Kendalikan pH dan alkalinitas harian tidak terjadi goncangan yang mencolok (tidak lebih dari 0,5); 12). Hindari krustase liar masuk lewat air dengan penggunaan saringan yang ketat dan lewat darat ke tambak (gunakan pancing/pagar plastik keliling) 13). Kegiatan lainnya yang dianggap ada relevansi serta urgensinya.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SELAMA PEMELIHARAAN

Penyimpangan Salinitas : a) Salinitas rendah  berbahaya  karena menurunkan oksigen, kekeruhan, pelapisan air dan kematian plankton disebabkan  hujan serta tambak berlokasi di darat. Antisipasi  : tandon besar yang tertutup dari sungai,  air permukaan dibuang melalui pintu air monik atau PVC. Biasanya salinitas rendah kondisi udang cenderung berkulit tipis dan alkalinitas/pH rendah, sehingga diperlukan solusi dengan cara aplikasi kapur cukup intensif/rutin; b) Salinitas tinggi disebabkan musim kemarau. Antisipasi dengan cara tambak  dalam, lebih sering mengganti air dengan air laut, mengatur musim tanam. Pada salintas tinggi sering terjadi pertumbuhan udang relatif terhambat (pada musim kemarau salinitas > 30 ppt), pakan tambahan umumnya kurang efisien dan efektif (FCR tinggi), sensitif terhadap serangan patogen atau penyakit udang lainnya (virus, dll).

Penyimpangan  Oksigen : a) Oksigen terlalu rendah dapat disebabkan karena klekap/lumut dan plankton mati, kekentalan air dan jumlah pakan sudah banyak. Antisipasi dengan pergantian air, penambahan kincir/ mesin perahu (sirkulasi); b)  Oksigen terlalu tinggi  karena  fitoplankton terlalu pekat pada siang dan sore hari. Antisipasi dengan pergantian air (pengenceran) dan pengaturan jam opersional kincir air.

Penyimpangan Temperatur : a) Suhu rendah (terlalu rendah  pada musim  Angin Timur atau selatan : < 26,5 oC), dampak : nafsu makan menurun  (bisa > 30%), pertumbuhan tidak normal, banyak energi (kalori) yang hilang, udang banyak mati, diantisipasi dengan kedalaman air minimum 1.3 m dan penggantian secara sirkulasi; b) Terlalu panas karena  air tidak mengalir dan tambak dangkal, antisipasi membuat caren luas dan dalam, penggantian/sirkulsi air, kedalaman air dinaikan (> 1,0 m), dampak : udang bisa stres dan nafsu makan berkurang; dan c) Solusi kedua kondisi suhu tersebut adalah dengan cara mengatur strategi Musim Tanam yang tepat dan pengendalian optimasi penggantian air harian.

Penyimpangan pH dan Alkalinitas : a) pH rendah (< 7,5) dapat mengakibatkan nafsu makan udang berkurang, alkalinitas (buffer/pengendali pH) fluktuatif/tidak stabil, udang mudah stres/lemah; b) pH tinggi (> 9,0), nafsu makan udang berkurang, dampak : resiko ammonia (NH3) muncul mendadak, udang bisa mati, alkalinitas tidak stabil. Catatan  optimal untuk pH = 7,8-8,4 dan Alaklinitas = 90-140 ppm.

Mencegah dan Mengatasi Air  Jernih : a) Di awal pemeliharaan/penyiapan air media di beri kapur 300 – 500 kg/ ha (pH air minimal  7.6) dan tambahkan kotoran ayam 150-300 kg/ Ha dan  Urea 0,1 ppm atau dengan jenis pupuk lainnya yang resiko rendah (seperti : NPK 3-5 ppm, Lodan 0,5-1 ppm, Plankton Catalys 0,5-1 ppm); b) Bila air jernih akibat blooming tanaman air (lumut, ganggang, dll) atau nyamuk/cacing cyromid, lakukan dengan pembuangan bertahap secara mekanis kemudian berikan inokulan fitoplankton (bibit plankton) dan berikan pemupukan susulan sekitas 10% dari pemupukan awal; c) Apabila air jernih akibat terlalu banyak zooplankton, matikan kincir siang/pagi hari, beri kaporit 1,5-2,5 ppm  atau formalin 15-20 ppm, kemudian diberi saponin 5 – 10 ppm bersama  dedak 3 ppm (rendam 24 jam : terjadi permentasi), saring dan diaplikasikan pagi hari; d) Untuk menjaga kestabilan plankton dan lingkungan selama pemeliharaan dapat dilakukan dengan pemupukan susulan dan probiotik hasil permentasi secara terkendali.

Mengatasi Air Berbuih : Fitoplankton mati (air jernih/miskin fitoplankton), sebelum plankton mati  terlihat partikel-partikel di dalam air,  solusi : ganti air 15-25% dan pupuk dengan NPK : Urea : TSP  dengan perbandingan 4:2:1 kg/5.000 m2 atau jenis pupuk ysng lebih aman dan hati-hati apabila ada bibit tanman air (seperti lumut, gangeng, hidrilla, dll), hindari pemupukan langsung pada tambak pembesaran udang, penggunaan probiotik dan beri bibit fitoplankton; b) Setelah fitoplankton mati biasanya akan timbul buih/lendir yang mengapung (lakukan pembungan dan ganti air 30-50%), pasang kincir air 1 buah per 400 kg udang, bila air jernih kembali di pupuk serupa di atas; c) Klekap dicegah tumbuh di awal dengan Saponin 5-10 ppm, atau dicegah dengan ikan (bandeng) 20 gram/m2. Buih tidak putus (gelembung besar/kecil) hati-hati, penyebab : fitoplankton atau klekap mati (blooming), lumut mati,  lumpur organik (busuk) terlalu banyak, dll. Solusi : penggantian air 30-50%
dengan air baru hasil treatmen kaporit 3-5 ppm (supali dari petak karantina); biasanya pH rendah aplikasikan kapur, usahakan malam hari dengan dosis 5-15 ppm (sesuikan jenis kapur dengan tujuannya) dan dapat ditambah zeolit (SiO4) 3-5 ppm.

Pengendalian Penyakit : a) Benih harus diproduksi dengan sistem bersih aseptik (bebas virus --- SPF dan SPR; b) Induk teruji dan pakan yang tidak terinfeksi pada hatchery yang bersertifikat (induk ditampung dan diperiksa oleh suplier bersertifikat); c) Lingkungan tambak harus memperbanyak pemeliharaan ikan multi spesies (sebagai biofilter dan bioscreening alami); d) Tambak harus dipelihara dengan cara yang dapat menjaga fluktuasi lingkungan (parameter stabil dan penggunaan air baku yang steril); e) Kesehatan udang harus dijaga dengan inputan berupa immunostimulant dan feed additive alami; f) Aplikasi probiotik secara terkendali sebagai penetralisir bahan organik (limbah) dan musuh alami patogen.

Download file :  Link1  |  Link2  |  Link3
Pass  :  Link1  |  Link2  |  Link3

No comments:

Post a Comment