PENDAHULUAN
Kegiatan budidaya udang merupakan jenis usaha
perikanan yang hampir semua proses produksinya dapat ditargetkan sesuai
dengan keinginan, sejauh manusia dapat memenuhi persyaratan pokok dan pendukung
kehidupan serta pertumbuhan udang yang optimal. Usaha ini pernah menunjukkan hasil yang memuaskan
hingga Indonesia menjadi produsen udang papan atas di dunia yaitu pada tahun
1994 mampu mencapai angka produksi >
300.000 ton/tahun (produksi dari tambak intensif sekitar 60 %, tambak sederhana
mencapai 20% dan tambak semi-intensif sekitar 10%). Sedangkan mulai tahun 1997
hingga sekarang produksi udang Indonesia
mengalami penurun yang tidak sedikit, yaitu kira-kira produksi per tahun
berkisar antara 160.000-200.000 ton.
Budidaya udang sistem tertutup adalah
penggunaan kembali air pembuangan dari hasil limbah/kotoran pemeliharaan udang,
setelah melalui proses filtrasi/pengendapan pada petakan tandon lainnya dengan
syarat air yang digunakan kembali harus mempunyai parameter yang
optimal/standar.
Filtrasi air dapat dilakukan dengan proses
secara fisika, kimia dan biologis pada setiap tahapan tandon air.
KONDISI
TERTENTU PADA TAMBAK SISTEM TERTUTUP
Penambahan air dari luar dapat dilakukan
apabila : a) konstruksi pematang tambak banyak rembesan; b) tingkat porositas
tanah tinggi; c) tingkat evapotranspirasi (penguapan air) tinggi; d) kondisi
parameter kualitas air media pemeliharaan tidak optimal; d) tingkat
kepekatan/kemelimpahan fitoplankton tinggi (transparasi rendah, di atas 20 cm);
e) kepekatan salinitas meningkat; dan kondisi udang ada masalah (penyakit,
nafsu makan menurun, dll).
PERSYARATAN
BUDIDAYA UDANG SISTEM TERTUTUP
Penerapan teknologi budidaya udang sistem
tertutup diperlukan standar prosedur operasional yang memenuhi persyaratan
teknis secara optimal guna memperoleh hasil yang maksimal. Persyaratan umum
adalah sebagai berikut :
1). Konstruksi tambak kedap air; 2).
Diperlukan redisain konstruksi tambak sistem tertutup (1 unit tambak sistem
tertutup terdiri dari : petak pembesaran, tandon biofilter, tandon endapan,
tandon karantina/treatmen, dll); 3). Penebaran benih bebas virus dan ukuran
seragam (Ukuran > PL 12, atau tokolan); 4). Air media pemeliharaan steril
(standar air baku), menggunakan disinfektan yang mudah terurai dan resiko
pencemaran zero (netral); 5). Penumbuhan fitoplankton awal menjadi kunci
bioindikator (aplikasi pupuk yang tepat) dan pengendalian selama pemelihraan; 6).
Penggunaan dan pengaturan pakan yang standar; 7). Penggunaan feed additive
(immonostimulant) yang resiko rendah/tidak dilarang dan terprogram; 8).
Penggunaan probiotik yang tepat dan terkendali; 9). Pengelolaan air dan lumpur
secara periodik; 10). Pengendalian oksigen terkendali (oksigen minimal pagi
hari > 3,5 ppm); 11). Kendalikan pH dan alkalinitas harian tidak terjadi
goncangan yang mencolok (tidak lebih dari 0,5); 12). Hindari krustase liar
masuk lewat air dengan penggunaan saringan yang ketat dan lewat darat ke tambak
(gunakan pancing/pagar plastik keliling) 13). Kegiatan lainnya yang dianggap
ada relevansi serta urgensinya.
HAL-HAL
YANG PERLU DIPERHATIKAN SELAMA PEMELIHARAAN
Penyimpangan
Salinitas :
a) Salinitas rendah berbahaya karena menurunkan oksigen, kekeruhan,
pelapisan air dan kematian plankton disebabkan
hujan serta tambak berlokasi di darat. Antisipasi : tandon besar yang tertutup dari
sungai, air permukaan dibuang melalui
pintu air monik atau PVC. Biasanya salinitas rendah kondisi udang cenderung
berkulit tipis dan alkalinitas/pH rendah, sehingga diperlukan solusi dengan
cara aplikasi kapur cukup intensif/rutin; b) Salinitas tinggi disebabkan musim
kemarau. Antisipasi dengan cara tambak
dalam, lebih sering mengganti air dengan air laut, mengatur musim tanam.
Pada salintas tinggi sering terjadi pertumbuhan udang relatif terhambat (pada
musim kemarau salinitas > 30 ppt), pakan tambahan umumnya kurang efisien dan
efektif (FCR tinggi), sensitif terhadap serangan patogen atau penyakit udang
lainnya (virus, dll).
Penyimpangan Oksigen : a) Oksigen terlalu rendah dapat
disebabkan karena klekap/lumut dan plankton mati, kekentalan air dan jumlah
pakan sudah banyak. Antisipasi dengan pergantian air, penambahan kincir/ mesin
perahu (sirkulasi); b) Oksigen terlalu
tinggi karena fitoplankton terlalu pekat pada siang dan
sore hari. Antisipasi dengan pergantian air (pengenceran) dan pengaturan jam
opersional kincir air.
Penyimpangan
Temperatur :
a) Suhu rendah (terlalu rendah pada
musim Angin Timur atau selatan : <
26,5 oC), dampak : nafsu makan menurun (bisa > 30%), pertumbuhan tidak normal,
banyak energi (kalori) yang hilang, udang banyak mati, diantisipasi dengan kedalaman
air minimum 1.3 m dan penggantian secara sirkulasi; b) Terlalu panas
karena air tidak mengalir dan tambak
dangkal, antisipasi membuat caren luas dan dalam, penggantian/sirkulsi air,
kedalaman air dinaikan (> 1,0 m), dampak : udang bisa stres dan nafsu makan
berkurang; dan c) Solusi kedua kondisi suhu tersebut adalah dengan cara
mengatur strategi Musim Tanam yang tepat dan pengendalian optimasi penggantian
air harian.
Penyimpangan
pH dan Alkalinitas :
a) pH rendah (< 7,5) dapat mengakibatkan nafsu makan udang berkurang,
alkalinitas (buffer/pengendali pH) fluktuatif/tidak stabil, udang mudah
stres/lemah; b) pH tinggi (> 9,0), nafsu makan udang berkurang, dampak :
resiko ammonia (NH3) muncul mendadak, udang bisa mati, alkalinitas tidak stabil.
Catatan optimal untuk pH = 7,8-8,4 dan
Alaklinitas = 90-140 ppm.
Mencegah
dan Mengatasi Air Jernih : a) Di awal
pemeliharaan/penyiapan air media di beri kapur 300 – 500 kg/ ha (pH air
minimal 7.6) dan tambahkan kotoran ayam
150-300 kg/ Ha dan Urea 0,1 ppm atau
dengan jenis pupuk lainnya yang resiko rendah (seperti : NPK 3-5 ppm, Lodan
0,5-1 ppm, Plankton Catalys 0,5-1 ppm); b) Bila air jernih akibat blooming
tanaman air (lumut, ganggang, dll) atau nyamuk/cacing cyromid, lakukan dengan
pembuangan bertahap secara mekanis kemudian berikan inokulan fitoplankton
(bibit plankton) dan berikan pemupukan susulan sekitas 10% dari pemupukan awal;
c) Apabila air jernih akibat terlalu banyak zooplankton, matikan kincir
siang/pagi hari, beri kaporit 1,5-2,5 ppm
atau formalin 15-20 ppm, kemudian diberi saponin 5 – 10 ppm bersama dedak 3 ppm (rendam 24 jam : terjadi
permentasi), saring dan diaplikasikan pagi hari; d) Untuk menjaga kestabilan
plankton dan lingkungan selama pemeliharaan dapat dilakukan dengan pemupukan
susulan dan probiotik hasil permentasi secara terkendali.
Mengatasi
Air Berbuih :
Fitoplankton mati (air jernih/miskin fitoplankton), sebelum plankton mati terlihat partikel-partikel di dalam air, solusi : ganti air 15-25% dan pupuk dengan
NPK : Urea : TSP dengan perbandingan
4:2:1 kg/5.000 m2 atau jenis pupuk ysng lebih aman dan hati-hati
apabila ada bibit tanman air (seperti lumut, gangeng, hidrilla, dll), hindari
pemupukan langsung pada tambak pembesaran udang, penggunaan probiotik dan beri
bibit fitoplankton; b) Setelah fitoplankton mati biasanya akan timbul
buih/lendir yang mengapung (lakukan pembungan dan ganti air 30-50%), pasang
kincir air 1 buah per 400 kg udang, bila air jernih kembali di pupuk serupa di
atas; c) Klekap dicegah tumbuh di awal dengan Saponin 5-10 ppm, atau dicegah
dengan ikan (bandeng) 20 gram/m2. Buih tidak putus (gelembung besar/kecil)
hati-hati, penyebab : fitoplankton atau klekap mati (blooming), lumut mati, lumpur organik (busuk) terlalu banyak, dll.
Solusi : penggantian air 30-50%
dengan air baru hasil treatmen kaporit 3-5
ppm (supali dari petak karantina); biasanya pH rendah aplikasikan kapur,
usahakan malam hari dengan dosis 5-15 ppm (sesuikan jenis kapur dengan
tujuannya) dan dapat ditambah zeolit (SiO4) 3-5 ppm.
Pengendalian
Penyakit :
a) Benih harus diproduksi dengan sistem bersih aseptik (bebas virus --- SPF dan
SPR; b) Induk teruji dan pakan yang tidak terinfeksi pada hatchery yang
bersertifikat (induk ditampung dan diperiksa oleh suplier bersertifikat); c)
Lingkungan tambak harus memperbanyak pemeliharaan ikan multi spesies (sebagai
biofilter dan bioscreening alami); d) Tambak harus dipelihara dengan cara yang
dapat menjaga fluktuasi lingkungan (parameter stabil dan penggunaan air baku yang
steril); e) Kesehatan udang harus dijaga dengan inputan berupa immunostimulant
dan feed additive alami; f) Aplikasi probiotik secara terkendali sebagai
penetralisir bahan organik (limbah) dan musuh alami patogen.
Download file : Link1 | Link2 | Link3
Pass : Link1 | Link2 | Link3
Download file : Link1 | Link2 | Link3
Pass : Link1 | Link2 | Link3