Wednesday, December 9, 2015

PAKAN ALAMI YANG DIGUNAKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN LELE


Pakan alami merupakan kebutuhan utama untuk perkembangan belut. Di antaranya, cacing, belatung, bekicot, dan kecebong. Semuanya bisa dibudidayakan sehingga bisa menekan biaya dan bisa diperoleh dalam jumlah besar.

Cacing tanah bisa dikembangbiakkan di dalam kotak kayu atau terpal berukuran 0.5 meter persegi. Masukkan media berupa kotoran sapi, sisa sayuran yang telah membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Masukkan bibit cacing, sekitar 1 ons. Dalam waktu 1-2 minggu, cacing sudah berkembang biak dalam jumlah banyak.

Belatung bisa dikembangbiakkan dengan menggunakan media campuran dedak halus, tepung ikan asin, cincangan eceng gondok, dan urea. Semua media dimasukkan ke dalam wadah berupa toples atau kaleng, diamkan selama tiga hari. Tutup wadah dengan kain basah. Satu hari kemudian, belatung akan bermunculan.

Keong mas bisa dibudidayakan di dalam kolam. Letakkan tanaman air di atasnya. Masukkan keong mas dewasa. Dalam beberapa waktu, keong mas sudah berkembang biak.

Adapun kecebong, bisa dibudidayakan dengan memasukkan beberapa pasang katak jantan dan betina ke dalam kolam budi daya belut. Mereka akan kawin dan bertelur. Telur yang menetas akan menjadi kecebong.

Budi daya pakan alami sebaiknya sudah dimulai 1-2 bulan sebelum budi daya belut dilakukan, kecuali kecebong. Tujuannya, agar terhindar dari kekurangan pakan. Banyaknya pakan yang dibudidayakan harus disetarakan dengan besarnya skala budi daya belut agar stok pakan alami dapat terus terjaga

Selain pakan alami, ada resep suplemen rahasia yang mampu mempercepat pertumbuhan belut hingga 10 kali lebih berat dari suplemen belut biasa. Resep ini telah dibuktikan oleh peternak belut sukses. Selain mempercepat pertumbuhan, suplemen ini  berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit dan menambah nafsu makan. Jika biasanya belut dipanen dalam waktu 6 bulan, dengan memberikan suplemen ini, belut dapat dipanen lebih cepat 3 bulan dengan bobot yang sama memuaskan.

A.  Aplikasi Pakan Belut

Belut merupakan hewan karnivora yang membutuhkan pakan mengandung protein sekitar 65-70%. Namun, pakan yang dimaksud bukan apa yang diberikan sebagai rutinitas dengan memberikan pelet setiap hari, tapi harus diselingi dengan pemberian pakan hidup, misalnya aneka jenis ikan atau bekicot. Hal ini berguna untuk menghindari pengaruh produktivitas belut yang tidak maksimal akibat pemberian jenis pakan secara terus-menerus.

Di dalam media budi daya juga bisa diletakkan beberapa pakan hidup seperti kecebong, cacing, larva ikan, dan belatung. Selain itu, belut untuk kegiatan pembesaran juga dapat diberi pakan mati berupa cincangan bangkai ayam atau cincangan bekicot. Namun, pakan bangkai tersebut sebaiknya telah direbus sebelum diberikan agar belut terhindar dari penularan penyakit atau mikroorganisme yang menjangkit hewan tersebut.

Adapun jumlah pakan yang diperlukan untuk menambah berat badan belut disebut nilai ubah atau convertion rate (FCR) ialah sebagai berikut.

FCR = Jumlah pakan yang dimakan selama interval waktu tertentu  /  Pertambahan berat badan selama interval waktu tersebut

Ini berarti, semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut untuk menunjang pertumbuhan belut. Sebaliknya, semakin besar rasio konversi pakan, kemungkinan besar pakan yang digunakan tidak efektif dalam memacu pertumbuhan belut.

Perbandingan antara 1 kg berat daging belut dengan jumlah berat pakan yang dibutuhkan disebut koefisien konversi berat. Jadi, untuk menambah berat 1 kg daging belut dibutuhkan 2 kg pakan, ini berarti koefisien konversi berat pakan adalah 0.5. Apabila koefisien konversi berat itu dikalikan dengan 100%, akan diperoleh efisiensi konversi berat.

B. Pakan Hidup yang Bisa Dibudidayakan

1. Cacing Sutra
Cacing sutra (Tubifek sp.) umumnya berwarna merah darah dengan panjang 10-30 mm. Cacing ini biasa hidup di selokan atau saluran-saluran dangkal yang banyak mengandung zat organik. Mereka biasa hidup berkoloni atau bergerombol.

2. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Cacing tanah biasanya terdapat di tanah humus, tempat pembuangan sampah, atau tepian sungai yang bercampur dengan sisa sampah.

Cara membudidayakan cacing sebenarnya cukup mudah, cukup dengan menyiapkan kotoran sapi secukupnya, sisa sayuran atau sampah yang membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Semua bahan tersebut dicampur menjadi satu. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan disusul dengan memasukkan benih cacing. Dalam beberapa minggu, biasanya cacing sudah berkembang biak.

3. Bekicot
Bekicot di alam sering menjadi musuh petani karena memakan tanaman padi atau sayuran. Padahal, daging bekicot sebenarnya dapat digunakan sebagai pakan belut karena mengandung protein yang cukup tinggi.

Untuk budi daya bekicot, buatlah wadah kandang berupa rumah-rumahan atau gedek dari bambu berukuran 1 x 1 cm dan tinggi 60--70 cm. Selanjutnya, masukkan limbah sayur-mayur, cincangan batang pisang, dan batang pepaya, diamkan selama 1 minggu. Setelah bahan-bahan tersebut membusuk, masukkan bibit bekicot sebanyak 20 indukan. Bekicot akan bertelur setelah satu bulan. Agar bekicot tetap hidup, jangan lupa memberikan cincangan batang pisang dan sayur mayur setiap hari.

4. Keong Mas
Daging keong sawah dan keong mas sebenarnya bisa digunakan untuk pakan belut, asalkan jangan terbawa masuk dengan cangkangnya. Sebaiknya, daging keong mas dicincang terlebih dulu sebelum diberikan kepada belut. Keong sawah dan keong mas mudah ditemukan di sawah-sawah. Untuk kebutuhan yang lebih besar, Anda bisa dengan mudah membudidayakannya.

5. Kutu Air ,  
Daphnia dan Moina termasuk kutu air dari jenis udang renik. Sering dijumpai di perairan yang mengandung banyak bahan organik. Selain hidup sebagai platonic, kutu air juga banyak menghuni tempat2 yang lembab seperti danau, waduk, kolam dan genangan air lainnya

Makanan utamanya adalah tumbuhan renik (fitoplankton), hewan renik(zooplankton), dan detritus.

6. Belatung
Belatung sebenarnya merupakan larva dari lalat. Untuk mencarinya memang tidak mudah, tetapi belatung bisa dihadirkan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang bisa mengundang lalat, misalnya ampas tahu, pupuk urea, dedak halus, cincangan eceng gondok, dan tepung ikan asin. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dan diaduk rata. Setelah itu, diamkan selama beberapa hari di tempat yang agak terbuka, lalu tutup dengan kain yang basah. Beberapa hari kemudian belatung akan tumbuh subur di wadah tersebut.

7. Kecebong atau Berudu
Kecebong merupakan bahan pakan yang baik bagi belut. Kecebong dapat diperoleh dengan cara mengembangbiakkan katak. Caranya, masukkan beberapa pasang ekor katak jantan dan betina. Biarkan hingga katak hijau tersebut berkembang biak di kolam. Telur katak yang berhasil menetas akan menjadi kecebong, dan kecebong tersebut disukai belut.

CIRI-CIRI INDUK IKAN NILA, IKAN MAS, IKAN GURAME, DAN IKAN LELE

A. Calon Induk Ikan Nila
  1. Warna badan cerah hitam keabu-abuan
  2. Bentuk tubuh Ikan Nila pipih (compress) dengan sisik penuh dan teratur
  3. Anggota atau organ tubuh lengkap, sisik teratur , tubuh tidak ada yang cacat dan tidak ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, tidak ada benjolan, insang bersih, tutup insang normal (tidak tebal atau tipis) dan berlendir.
  4. Kekenyalan tubuh : kenyal dan tidak lembek
  5. Umur : Nila Jantan 6 – 8 bulan, Nila Betina 6 – 8 bulan
  6. Panjang total : Jantan 16 – 25 cm, Betina 14 – 20 cm
  7. Bobot Badan : Jantan : 400 – 600 gram, Betina : 300 – 450 gram

B. Calon Induk Ikan Mas
  1. Warna Badan Cerah
  2. Organ tubuh ikan lengkap, sisik teratur, gurat sisi tidak patah, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, dan tidak ada benjolan, insang bersih, tutup insang normal.
  3. Kekenyalan tubuh : kenyal dan tidak lembek
  4. Berat betina : 1,5 – 2 kg/ekor
  5. Berat Jantan : 0,5 – 1 kg/ekor

C. Calon Induk Ikan Gurame
  1. Warna badan kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
  2. Bentuk tubuh ikan gurame pipih vertical
  3. Anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan
  4. Bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.
  5. Umur : Jantan 24 – 30 bulan, Betina 30 – 36 bulan
  6. Panjang Standar : Jantan 30 – 35 cm, Betina 30 – 35 cm
  7. Bobot Badan : Jantan : 1,5 – 2,0 kg/ekor, Betina : 2,0 – 2, 5 kg/ekor   


D. Calon Induk Ikan Lele
  1. Pada Bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas sampai
  2. Pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan
  3. Bentuk tubuh : bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
  4. Organ tubuh ikan lengkap, tubuh tidak cacat, dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak) tubuh tidak ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir,
  5. Umur induk : Jantan : 8 – 12 bulan , betina : 12 – 15 bulan
  6. Panjang standar : Jantan : 40 – 45 cm, betina : 38 – 40 cm
  7. Bobot :  Jantan : 500 – 750 gram/ekor, betina : 400 – 500 gram / ekor

BUDIDAYA UBUR - UBUR





Ubur-ubur merupakan Colenterata yang hidup dilaut baik dalam bentuk polip yang melekat didasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Bentuk tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis colenterata lainnya. Diperairan Indonesia, ubur-ubur dikenal sebagai biota perairan yang memiliki bentuk transparan dan memiliki tentakel yang dilengkapi dengan sel penyengat atau nematosis yang terdapat di dalam jaringan epidermisnya.

Ubur-ubur hidupnya soliter atau berkelompok, berenang bebas dengan bantuan kontraksi payungnya yang bekerja seperti pompa, beraturan dan berirama. Beberapa jenis juga tergantung dari arus dan ombak, beberapa jenis dijumpai ada yang senang berenang dekat ke permukaan, dan ada yang lebih menyukai tempat yang dalam. Bangsa Rhizostomeae hidup pada perairan dangkal di daerah tropis dan subtropis, terutama diperairan Indo Pasifik. Secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa ubur-ubur tersebar luas disemua perairan laut.

Upaya pengembangan budidaya ubur-ubur hendaknya tetap berpedoman pada Sustainable Aquaculture yaitu sejak proses penangkapan di alam kemudian adanya penerapan dan kajian teknologi selama kegiatan pemeliharaan/pembesaran sehingga diperoleh stock induk ubur-ubur yang berkualitas sehingga mampu menghasilkan benih unggul yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ubur-ubur itu sendiri. Pada diagram berikut disajikan langkah-langkah pengembangan budidaya ubur-ubur.



BLUE EKONOMI DENGAN AQUAPONIK



Akuakultur merupakan kegiatan pemeliharaan ikan dalam wadah dan sistem terkontrol dengan tujuan peningkatan produksi perikanan yang berkelanjutan, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada banyak cara untuk menghasilkan keuntungan yang besar dan dapat meningkatkan produksi secara berkelanjutan dalam usaha budidaya perikanan, salah satu caranya adalah budidaya ikan dengan sistem aquaponik.

Aquaponik adalah sistem produksi pangan berkelanjutan yang menggabungkan budidaya tradisional (membesarkan biota seperti lobster, ikan atau udang dalam bak atau kolam) dengan hidroponik (budidaya tanaman dalam air) di dalam lingkungan simbiosis. Sistem aquaponik terdiri atas beberapa komponen atau sub sistem untuk penghilangan limbah padat, penyuplai basa untuk menetralkan keasaman, atau pengatur kandungan oksigen air. Komponen tersebut anatara lain, (1) tangki pemeliharaan ikan atau kolam, (2) unit penangkap dan pemisahan limbah padat (sisa pakan dan fases), (3) bio filter, tempat dimana bakteri nitrifikasi tumbuh dan mengkonversi amonia menjadi nitrat yang dapat digunakan oleh tanaman (4) subsistem hidroponik adalah bagian dari sistem dimana tanaman tumbuh dengan menyerap kelebihan hara dari air, (5) Sump : titik terendah dalam sistem dimana air mengalir ke dan dari yang dipompa kembali ke tangki pemeliharaan.

Teknologi ini pada prinsipnya disamping menghemat penggunaan lahan dan air juga meningkatkan efisiensi usaha melalui pemanfaatan hara dari sisa pakan dan metabolisme ikan, serta merupakan salah satu sistem budidaya ikan yang ramah lingkungan.